EKSPOR METE INDONESIA MENINGKAT 13,3 JUTA DOLLAR.

Diposting pada 2019-08-23 08:48:37  |   Sumber : https://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-627-ekspor-mete-indonesia-meningkat-133-juta-dollar.html

JAKARTA - Ekspor mete Indonesia semakin prospektif dari tahun ke tahun, dimana pada semester 1 tahun 2019, ekspor mete Indonesia mencapai sebesar USD 51,6 juta dan jumlah tersebut meningkat USD 13,3 juta dibandingkan pada periode yang sama tahun 2018. Peningkatan nilai ekspor juga diikuti oleh volume ekspor nya dimana terjadi peningkatan sebesar 74,8% yaitu dari 9,4 ribu ton pada semester 1 tahun 2018 menjadi 16,4 ribu ton pada periode yang sama tahun 2019. Sebesar 55% ekspor mete Indonesia dengan tujuan Vietnam atau sebesar 9 ribu ton, lalu India sebesar 2,3 ribu ton dan Amerika Serikat sebesar 1,9 ribu ton. Produksi mete Indonesia tahun 2018 dimana 99,8% merupakan perkebunan rakyat tercatat sebesar 136,4 ribu ton dengan produktivitas mencapai 434 kg/ hektar. Dari produksi tersebut, 42,8% dilakukan ekspor sedangkan sisanya untuk konsumsi dalam negeri. Sentra produksi mete Indonesia berada di NTT sebesar 49,9 ribu ton, Sulawesi Tenggara sebesar 25,5 ribu ton, Jawa Timur sebesar 15,3 ribu ton, Sulawesi Selatan sebesar 13,2 ribu ton, Jawa Tengah sebesar 10,8 ribu ton dan NTB sebesar 10,3 ribu ton. “Meningkatnya pertumbuhan konsumsi mete dunia yang didominasi untuk bahan baku industri makanan menjadi peluang mete Indonesia untuk mengisi pasar-pasar negara industri tersebut sehingga harus ada upaya signifikan untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu nya. Mete gelondongan Indonesia diterima dengan baik dipasar Internasional yang memiliki kualitas yang baik walaupun tingkat produksinya masih di posisi ke-10 dunia setelah Vietnam, India, Pantai Gading, Philippines, Tanzania, Guinea Bissau, Bennin, Mozambique dan Brazil,” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan. Kasdi menambahkan, Kedepannya Ditjen. Perkebunan terus melakukan upaya agar produk mete yang diekspor tidak berupa gelondongan lagi tetapi sudah melalui proses pengolahan yang baik menghasilkan produk turunan dengan nilai tambah tinggi. Sebagai informasi, saat ini harga gelondongan mete tingkat produsen/petani rata-rata tahun 2019 sebesar Rp. 17.225/ kg dan akan meningkat 12-20 kali lipat jika dijual dalam bentuk olahan lainnya seperti CNSL. Dalam upaya pengembangan produk mete dan olahan lainnya untuk tujuan ekspor, saat ini minyak Kulit Biji Mete (Cashew Nut Shell Liquid/CNSL) cukup prospektif dikembangkan sebagai bahan Perekat Furnitur dan India banyak menggunakan minyak kulit jambu mete untuk bahan perekat tersebut karena mengandung senyawa kardanol yang tinggi (20-30%) yang potensial sebagai pengganti fenol dari minyak bumi, selain itu memiliki harga yang tinggi dipasaran. Selain itu CNSL dimanfaatkan sebagai bahan perstisida nabati, industri cat, bahan anti karat, lecquer, bahan pembungkus kabel, bahan oli rem mobil dan pesawat terbang, pembuatan kampas rem kendaraan bermotor serta sebagai bahan bakar (yang renewable). “Salah satu upaya yang dilakukan antara lain fasilitasi penyediaan alat pascapanen dan pengolahan dan melakukan pelatihan dan advokasi ke petani tentang pentingnya menghasilkan produk turunan dengan kualitas dan kuantitas yang baik sehingga bernilai tambah tinggi. Selain itu terkait jaminan produksi, saat ini memang kendala pengembangan mete Indonesia adalah rendahnya produktivitas karena banyaknya tanaman tua sehingga perlu dilakukan peremajaan tanaman. Melalui program BUN-500, upaya dari penyediaan benih yang unggul diharapkan dapat berkontribusi dalam program peremajaan tanaman selain dari pemenuhan sarana produksi lainnya,” katanya. Tentunya juga upaya-upaya yang dilakukan perlu didukung dengan peran dari perindustrian dalam mendorong fasilitasi pengembangan usaha skala rumah tangga, kecil dan menengah karena pekebun mete sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan skala usaha yang golongan pendapatan menengah kebawah sehingga pemerintah harus hadir, selain melalui penyediaan input produksi dan alat pascapanen, pengolahan, standarisasi kualitas juga bagaimana penguatan kelembagaan petani, kemitraan dan jaminan pasarnya. “Perlu juga didorong memperluas akses pasar salah satunya berkontribusi melalui pameran produk mete di dalam dan luar negeri sebagai sarana promosi,” tambahnya.